Pada hari tanggal 21 Maret 2008 diperingati sebagai hari hening sedunia atau “Nyepi” maksudnya adalah memberikan Bumi Pertiwi ini untuk bernapas, caranya adalah pada pukul 10.00 sampai dengan 14.00 atau selama 4 jam tidak menyalakan listrik. Ide ini muncul dari orang-orang Bali melalui tiga focus group discussion, hal ini bermula dari penyelenggaraan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim atau UNFCCC yang di adakan di Nusa Dua, Bali. Dalam World Silent Day dihimbau pada seluruh dunia berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia.
Hari Raya Nyepi
Nyepi adalah kearifan local yang bermula dari Trihitakarana dan lebih awal bersumber dari Brahma Purana dan Bhuwanakosa. Dimana dalam World Silent Day atau “Nyepi” mengajak umat manusia di Bumi untuk melaksanakan Trihitakarana, tentunya tidak dengan menggunakan terminology Hindu-Bali. Untuk catur berata penyepian, juga tidak penuh seperti di Bali, tetapi hal ini concern pada amati geni dan amati lelungaan karena dua berate ini sangat banyak berkaitan dengan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca (greenhouse). Suatu penelitian pernah dilakukan ketika Nyepi di Bali, satu hari saja, untuk pengguna sepeda motor mengurangi pembakaran fosil minyak sebanyak 4.032.000 liter, minyak itu menimbulkan emisi gas rumah kaca (CO2) sebanyak 3.840 Kg. Belum lagi dari mobil, pabrik, kompor gas, dll. Jika penduduk seluruh dunia bisa meniru Bali, alangkah besar manfaatnya. (Media Hindu edisi 47 Januari 2008 hlm.10)
Krama Bali
Ini merupakan tantangan tersendiri buat Bali dan umat Hindu-Bali. Jika berani menunjukkan Trihitakarana, mestinya kita sendiri jangan melanggar Trihitakarana, terutama harus lebih aktif memelihara kelestarian alam. Walaupun di Bali ada kasus-kasus mengenai perusakan lingkungan, mari kita berjuang bersama-sama untuk tugas mulia ini.
a DM's life 